Insektisida Dan Jenis-jenis Nya Serta Macam-macam Insektisida

- November 03, 2017

Insektisida Dan Jenis-jenis Nya Serta Macam-macam Insektisida

 
*Insektisida dan Jenisnya
*Tatacara Kerja Insektisida
Secara ringkas insektisida bisa didifinisikan seluruh bahan yng bisa dipakai bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengendalikan hama dari golongan serangga.
Ada ramai sekali jenis dan merek insektisida yng beredar di pasaran.
Bagi atau bisa juga dikatakan untuk mempermudah mengenal insektisida, insektisida digolongkan pendapat dari kriteria/batasan tertentu.
*Penggolongan Insektisida
Pembagian pendapat dari tatacara kerjanya :
Insektisida kontakInsektisida racun perut
Insektisida racun pernafasan
Insektisida sistemik
Pembagian pendapat dari asal bahan yng dipakai :
*Insektisida kimia sintetik
Insektisida yng tidak sedikit kita kenal semisal organofosfor, karbamat, piretroid sintetik.
*Insektisida Botani (berasal dari ekstrak tumbuhan)
Ekstrak sejenis bunga krisan (Chrisanthemum sp-Compositae/Asteraceae) (piretrin).
Dalam kemajuannya insektisida ini sudah dibuat secara sintetik dan disebut sintetik piretroid (permetrin, sipermetrin , sihalotrin dll)
Ekstrak biji nimba (azadirahtin- Nimbo 0,6 AS)
Ekstrak akar tuba (rotenon- Biocin 2 AS)Insektisida dari mikroorganisme Beauveria bassiana (Bevaria P, Bassiria AS)
Bacillus thuringigiensis (Bactospeine WP, Thuricide HP, Turex WP).
Pembagian yng umum, yng tidak sedikit dipakai merupakan berdasar batasan golongan kimia dan tatacara kerja yng khas yakni :
Anorganik (tembaga arsenat, boraks, merkuri klorida)
Organochlorine (DDT, aldrin, dieldrin, endosulfan)
Organofosfor (organophosphorus)
Organophosphate (dicrotophos, monocrotophos, naled)
Organothiophosphate (phenthoate, dimethoate, omethoate, poksim, chlorpyrifos, diazinon, fenitrothion, profenofos, trichlorfon dll)
Phosphoramidate (fenamiphos, mephosfolan, phosfolan)
Phosphoramidothioate (acephat, isofenphos, methamidophos)
Phosphorodiamide (dimefox, mazidox)
Karbamat (carbamate) (carbaryl, bendiocarb)
Benzofuranyl methylcarbamate (carbofuran, carbosulfan, benfuracarb)
Dimethylcarbamate (dimetan, dimetilan, pirimicarb)
Oxime carbamate (methomyl, oxamyl, thiodicarb)
Phenyl methylcarbamate (fenobucarb, isoprocarb, propoxur)
Pyrethroid
Pyrethroid ester (allethrin, cyfluthrin, cyhalothrin, cypermethrin, deltamethrin, fenpropathrin, fenvalerate, fluvalinate, transfluthrin dll)
Pyrethroid ether (etofenprox, flufenprox)
IGR (insect growth regulator)
Chitin synthesis inhibitor (menghambat sintesis chitin (buprofezin, cyromazin, diflubenzuron, luvenuron)
Moulting hormones agonist (menghambat pembentukan kepompong) (halofenozide, tebufenozide, a-ecdysone).
Juvenile hormone mimic (mengganggu secara hormonal serangga tetap dalam fase larva (fenoxycarb, hydroprene, methoprene).
Dinitrophenol (dinex, dinoprop, DNOC)
Flourine (barium hexafluorosilicate, sodium hexafluorosilicate)
Formamidine (amitraz, chlordimeform)
Nereistoxin analog (cartap, bensultap, thiosultap)
Nicotinoid (imidacloprid, acetamiprid, thiametoxam)Pyrazol (fipronil)
*Insektisida Botani
Insektisida antibiotik (abamectin, ivermectin, spinosad)
Insektisida fumigant (chloropicrin, ethylene dibromide, phosphine) Dan lain-lain
Tatacara Kerja Insektisida :
Kita sudah mengetahui bahwasanya insektisida merupakan bahan racun yng mematikan serangga, namun bagaimana proses insektisida mematikan serangga masih ciri tanya.
Biasanya berita perihal insektisda bagi atau bisa juga dikatakan untuk pemakain (petani) merupakan perihal efikasi, tatacara penggunaan dan keamanannya.
Proses bagaimana insektisida meracun dan mematikan serangga (mode of action) cuma disebut secara garis besar semisal racun kontak, racun perut, ataupun racun pernafasan.
Berita demikian telah cukup.
Bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengetahui proses mode of action suatu insektisida diharapkan penelitian yng tidak sedikit memerlukan tenaga, waktu, keahlian dan fasilitas yng memadai.
Oleh lantaran itu tak seluruh insektisida yng beredar diketahui berita mode of action nya secara detail, belum lagi senyawa-senyawa insektisida baru yng terus didapati.
Mungkin tak seluruh penemu bahan aktif insektisida selalu mengadakan penelitian mode of action nya terhadap serangga.
Disamping itu bagi atau bisa juga dikatakan untuk memahami mode of action suatu insektisida cukup susah, lantaran diharapkan pengetahuan dasar lain lebih-lebih anatomi dan fisiologi serangga.
Oleh lantaran itu juga berita suatu insektisida tak selalu menyertakan berita mode of action nya secara detail.
Berita demikian cuma memberikan manfaat bagi atau bisa juga dikatakan untuk kalangan tertentu.
Tatkala ini, dari hasil penelitian yng ada, paling tak sudah diketahui secara garis besar ada lima jenis mode of action insektisida, yng sudah diketahui :
1. Insektisida yng memberi pengaruh system syaraf
Kebanykan insektisida semisal organofosfor, karbamat dan piretroid sintetik dan lain-lainnya bekerja yang dengannya mengganggu system syaraf.
Bagi atau bisa juga dikatakan untuk bisa lebih memahami tatacara kerja racun saraf berikut diuraikan tidak banyak perihal system saraf.
System saraf merupakan suatu organ yng dipakai bagi atau bisa juga dikatakan untuk merespon rangsangan baik dari luar ataupun dari dalamsehingga serangga bisa hidup dan berkembang.
System saraf terdiri dari tidak sedikit sel saraf (neuron) yng saling berhubungan yng menyebar ke seluruh tubuh.
Secara tipikal bentuk neuron di satu dari sekian banyaknya ujungnya berupa semacam serabut yng disebut dendrit dan diujung lain memanjang dan ujungnya bercabang-cabang disebut akson.
Antar neuron berhubungan melalui aksonnya.
Titik dimana dua neuron berhubungan disebut sinap.
Ujung akson yng berhubungan neuron lain-lainnya disebut presinap sedangkan bagian dari neuron yng berhubungan yang dengannya presinap disebut postsinap.
Impul saraf berjalan dari satu neuron ke neuron selanjutnya sepanjang akson melalui sinap.
Di daerah sinap impul saraf diteruskan oleh neurotransmitter yng tidak sedikit jenisnya.
Berjalannya impul saraf adalah proses yng Amat kompleks.
Proses ini dipengaruhi oleh keseimbangan ion-ion K+, Na+, CA++, Cl-, macam-macam protein, enzim, neurotransmitter, dan lain-lainnya yng saling memberi pengaruh. Gangguan pada satu dari sekian banyaknya faktor menghasilkan impul saraf tak bisa berjalan secara normal.
Menjadikan serangga tak bisa atau mampu merespon rangsangan.
Insektisida organofosfor dan karbamat mengikat enzim asetilkolinesterase yng berfungsi menghidrolisis asetilkolin.
Dalam keadaan normal asetilkolin berfungsi menghantar impul saraf, sesudah itu segera mengalami hidrolisis yang dengannya bantuan enzim asetilkolinesterase menjadi kolin dan asam asetat.
Yang dengannya terikatnya enzim asetilkolinesterase berlangsung penumpukan asetilkolin, akibatnya impul saraf akan terstimulasi secara terus menerus menerus memicu gejala tremor/gemetar dan gerakan tak terkendali.
Piretroid sintetik merupakan sintetik kimia yng menyerupai piretrin. Mulanya, insektisida pyretrin diperoleh dari ekstrak bunga tanaman Chrysanthemum sp (Compositae), akan tetapi saat ini kita-kita sudah bisa atau mampu membuat sintetiknya.
Piretrin mempunyai knockdown yng cepat akan tetapi tak stabil, gampang mengalami degradasi.
Sebaliknya, sintetik piretroid mempunyai sifat lebih stabil.
Sintetik piretroid pula bekerja mengganggu system syaraf yang dengannya mengikat protein “voltage-gated sodium channel” yng mengatur denyut impul syaraf.
Efeknya percis semisal yng penyebabnya yaitu oleh organofosfor dan karbamat, impul saraf akan mengalami stimulasi secara terus menerus dan menghasilkan serangga menunjukan gejala tremor/gemetar, gerakan tidak terkendali.
Imidacloprid, insektisida golongan kloronikotinil pula insektisida yng bekerja mengganggu system saraf.
Didalam system saraf, imidacloprid mempunyai sifat menyerupai fungsi asetilkolin.
Semisal sudah diterangkan di atas bahwasanya sesudah asetilkolin meneruskan impul saraf pada reseptor akan segera terhidrolisa.
Imidacloprid akan menempati reseptor asetilkolin dan tetap terikat pada reseptor.
Efek selanjutnya mirip yang dengannya organofosfor ataupun karbamat.
Avermektin, demikian pula abamektin pula bekerja menjadi racun saraf.
Avermektin merupakan insektisida antibiotik yng berasal dari suatu jamur, secara kimia digolongkan dalam makrolakton.
Avermektin mengikat suatu protein dalam sel saraf yng yakni gamma amino butyric acid (GABA)-gated chloride channel.
Protein ini berfungsi mengatur impul saraf.
Avermektin menghambat fungsi protein ini, akibatnya saraf akan mengalami overeksitasi.
Gejala yng ditunjukkan tremor dan gerakan tidak terkendali.
Demikian pula fipronil, insektisida dari golongan phenylpyrazole menunjukan efek yng mirip menghambat fungsi GABA-gated chloride channel.
Dari uraian di atas menunjukan bahwasanya sebagian besar insektisida meskipun mempunyai struktur kimia yng berbeda, akan tetapi efeknya percis mengganggu system saraf jasad sasaran.
2. Insektisida yng menghambat produksi energi.
Dibandingkan yang dengannya insetisida yng bekerja mengganggu racun saraf, insektisida golongan ini bisa dikatakan Amat tidak banyak.
Akan tetapi demikian tak menutup mungkin akan berkembang pada masa datang.
Insektisida jenis ini yng sudah beredar di Indonesia merupakan yang dengannya merek dagang Amdro.
Mekanisme kerja insektisida ini mengganggu proses respirasi, suatu proses yng menghasilkan energi bagi atau bisa juga dikatakan untuk proses metabolisme.
Respirasi merupakan suatu proses pemecahan gula ataupun senyawa lain yng menghasilkan energi.
Energi ini dipakai bagi atau bisa juga dikatakan untuk proses pertumbuhan. Proses respirasi merupakan proses yng kompleks, yng melibatkan tidak sedikit reaksi yng memerlukan enzim.
Gangguan-gangguan dalam setiap tahap reaksi ini akan menggaggu perolehan energi yng diharapkan yng akhirnya menghambat pertumbuhan dan jasad akan mati di atas kakinya sendiri lantaran kehabisan tenaga bagi atau bisa juga dikatakan untuk tumbuh dan berkembang.
3. Insektisida yng memberi pengaruh pertumbuhan serangga hama (IGR - Insect Growth Regulator)
Insektisida ini dibagi menjadi dua yakni yng memberi pengaruh system endokrin dan yng menghambat sintesis kitin.
Pertumbuhan serangga pada fase muda (larva), dikendalikan oleh hormon juvenile (juvenile hormon) yng diproduksi di otak.
Hormon juvenil mengatur kapan fase larva berakhir lantas dilanjutkan yang dengannya molting lantas menjadi dewasa.
Insektisida berbahan aktin hydroprene, methoprene, pyriproxypen dan fenoxycarb bekerja menyerupai hormon juvenil, memicu larva terganggu pertumbuhannya, tetap dalam fase muda, tak bisa bekepompong dan akhirnya mati.
Insektisida yng menghambat pembentukan kitin merupakan dari golongan benzoylurea semisal lufenuron (Program), diflubenzuron (Dimilin), teflubenzuron (Nomolt) dan hexaflumuron (Sentricon).
Kitin merupakan komponen utama eksoskeleton serangga.
Terganggunya proses pembentukan kitin larva tak bisa melanjutkan pertumbuhannya secara normal dan akhirnya mati.
4. Insektisida yng memberi pengaruh keseimbangan air tubuh.
Tubuh serangga dilapisi oleh zat lilin/minyak bagi atau bisa juga dikatakan untuk mencegah hilangnya air dari tubuhnya.
Diatom, silica aerogels dan asam borat merupakan bahan yng bisa menyerap lilin/lemak, menjadikan lapisan lilin akan hilang, serangga akan tidak sedikit kehilangan air dan mengalami desikasi dan akhirnya mati.
5. Insektisida yng merusak jaringan pencernaan serangga
Insektisida golongan ini merupakan yng berbahan aktif mikroorganisme Baccilus thuringiensis (Bti).
Bti membentuk endotoksin yng bila masuk ke dalam pencernaan serangga (larva dari golongan lepidoptera) yng bersifat asam akan terlarut dan merusak sel-sel jaringan pencernaan dan memicu kematian.

Sumber rujukan dan gambar : http://k-bioboost.blogspot.com/2016/06/insektisida-dan-jenisnya.html.

Seputar Insektisida Dan Jenis-jenis Nya Serta Macam-macam Insektisida

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Insektisida Dan Jenis-jenis Nya Serta Macam-macam Insektisida