Analisa Budidaya Jahe | Berkebun Jahe

- Desember 08, 2017

Analisa Budidaya Jahe | Berkebun Jahe

 
Beberapa berita yng pendapat dari saya Amat menyesatkan antara lain merupakan:Panen jahe per polybag mampu mencapai 10 kg, 20 kg, malah ada yng bilang 40 kg. Baik itu jahe gajah, jahe emprit, ataupun jahe merah.Panen jahe di ladang mampu hingga puluhan ton per ha.
Berita-informasi menyesatkan ini disampaikan secara langsung oleh oknum marketing, lewat video di Youtube, lewat halaman website, malah ada yng dimuat di website resmi pemerintah.
Berita ini dipakai bagi atau bisa juga dikatakan untuk merayu orang supaya mau melakukan budidaya jahe, lantaran tergiur keuntungan yng menakjubkan. Hitung-hitungannya pun Suka kali Amat tak masuk akal.Misalnya, harga jual jahe gajah Rp. 8.500 kg, malah ada yng memberikan berita jahe merah/emprit hingga harga Rp. 20rb per kg.
Dikalikan saja yang dengannya produksi jahenya:
1 polybag 20 kg, harga Rp. 20.000 = Rp. 400.000. Kalau punya 100 polybag kan telah bisa uang Rp. 40jt. Pendapat dari oknum-oknum itu modalnya per polybag cuma RP. 30.000. Keuntungannya RP. 400rb – Rp. 30rb = RP. 370rb per polybag.
Okelah misalnya pakai harga paling rendah RP. 8.500/kg. Omzet per polybagnya telah mampu mencapai RP. 170rb, keuntungan Rp. 140rb per polybag.
Penanaman di ladang pula melakukan perhitungan yng menyesatkan. Misalnya:
  • Penanaman 1 ha yang dengannya populasi 90.000 tanaman. Promosinya 1 rumpun mampu panen 1kg – 3 kg. Taruhlah pakai angka yng paling kecil 1 kg per rumpun. Produksi per ha-nya kan telah mampu mencapai 90 ton. Dikalikan yang dengannya harga per kg Rp. 8.500, omzetnya mampu bisa Rp. 765jt. Siapa yng tak tergiur yang dengannya angka seheboh ini.

Ada pula hitung-hitungan yng saya lihat di YouTube semisal ini:
  • Produksi jehe per 25m2 sebanyk 300 kg. Ini ditunjukkan video serta testimoni oleh petaninya, supaya pemirsa lebih yakin. itung-hitungan produksi per ha merupakan: (10.000 m2/25 m2) x 300kg = 120 ton. SANGAT LUAR BIASA. Coba dikalikan yang dengannya harga per kg Rp. 8.500 = Rp. 1.02 milyard. Siapa yng tak ngiler yang dengannya angka ini.

Umumnya oknum-oknum yang telah di sebutkan memberikan bukti berupa foto-foto, video, ataupun malah jahenya langsung serta ditimbang langsung.
Siapa yng tak tergiur yang dengannya iming-iming fantastis ini. Apalagi yng punya modal.Telah tidak sedikit korbannya. Realitanya hasil panen jahe tak ada yng pernah hingga setinggi itu. Malah hasil-hasil paling top di negeri produsen jahe terbesar di dunia pun, China, tak ada yng hingga setinggi itu
Ada petani yng memberikan ke saya andai panen ribuan polybag jahenya cuma bisa rata-rata 1,2 kg per polybag, malah per rumpunnya paling banter cuma bisa 300 gr. Miris sekali.
ASUMSI-ASUMSI DAN BUKTI-BUKTI YANG DIPAKAI ITU MENYESATKAN
Pendapat dari saya, asumsi-asumsi serta bukti-bukti yng dipakai bagi atau bisa juga dikatakan untuk melakukan perhitungan itu merupakan SANGAT MENYESATKAN. Pertama, umumnya yng diambil hanyalah contoh-contoh yng tidak jelek alias bagus saja. Barangkali saja ada satu polybag yng satu rumpunnya mampu keluar hingga 1,5 kg. Ini cuma satu dua saja, serta itu saja kebetulan. Hasil ini lah yng difoto, dibuat video, ditimbang, serta ditunjukkan menjadi bukti bagi atau bisa juga dikatakan untuk menarik orang.
Satu polybag tak mampu dipakai bagi atau bisa juga dikatakan untuk menarik kesimpulan. Ini kaidah statistik. Jadi andai satu polybag, 1m2 ataupun 25m2, belum mampu dipakai bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengeneralisir yng luas. Samplingnya Perlu mewakili populasi supaya hasil nya tak bias.
Bagi atau bisa juga dikatakan untuk penanaman di lahan, satu rumpun rata-rata cuma bisa 300 gr.TIDAK MUNGKIN HASIL PANEN JAHE BISA SETINGGI ITU
Ini argumen saya kenapa data-data serta hitungan-hitungan itu SANGAT MENYESATKAN. Sekali lagi, silahkan dibantah argumen saya ini.
PERTAMA
Secara genetik tak ada jahe di Indonesia, ataupun malah di dunia yng potensi produksinya mampu setinggi itu. Potensi genetik ini merupakan batasan dari ‘sono’nya. Fakta dilapangan tak ada yng melebihi potensi ini, biasanya selalu di bawah potensi produksinya. Produksi jahe paling top yng pernah saya baca di China cuma pol di angka 88 ton per ha. Itu cuma dari satu jurnal. Jurnal-jurnal yng lain jauh di bawah itu, kebanykan di bawah angka 60 ton per ha. Rata-ratanya di bawah lagi, 30-40 ton pe ha. Ini di China serta India, dua negra produsen jahe paling top di dunia.
Di Indonesia, pendapat dari data dari BPS serta Deptan (Silahkan di googling sendiri), produksi di lapangan yng paling tidak jelek alias bagus merupakan 27 ton per ha, ada yng membuat laporan hingga 30 ton per ha. Pendapat dari Balitro, potensi produksinya tidak lebih lebih 35 ton per ha bagi atau bisa juga dikatakan untuk jahe gajah. Jahe emprit serta jahe merah cuma 1/3 hingga 1/2-nya saja. Di Indoensia belum ada varietas jahe yng potensi produksinya sangat-sangat tinggi melebihi potensi produksi varietas jahe dari China ataupun India.
Kenapa angka-angka itu menyesatkan? Lantaran kalau dihitung potensi produksinya akan jauh di atas angka-angka potensi produksi jahenya. Misalkan saja, bagi atau bisa juga dikatakan untuk produksi jahe 20 kg per polybag. Kalau dikalikan per ha, tidak lebih lebih setara yang dengannya 120 ton per ha. Kalau ada yng bilang satu tunas satu polybag mampu keluar 10 kg, berguna satu cuma hampir 200 ton. INI MUSTAHIL.
Petani-petani yng telah beberapa kali panen yang dengannya system polybag memberikan andai satu polybag mampu bisa 3 kg telah tidak jelek alias bagus sekali. Kalau mampu bisa 5 kg per polybag masih mampu dinalar, lantaran per cuma sekitar 30 ton. NORMAL. Kebanykan petani mengeluhkan andai per polybag cuma bisa 1,2 kg ataupun malah ada yng tidak lebih dari 1 kg.
KEDUA
Produksi jahe mampu diperkirakan dari hara yng diserap oleh tanaman jahe hingga produksi. Telah tidak sedikit penelitian yng menghitung berapa banyaknya hara tanaman yng dibutuhkan bagi atau bisa juga dikatakan untuk panen 1000 rimpang jahe segar. Silahkan baca di link ini: Pola Makan Tanaman Jahe. Mampu dihitung kok berapa kebutuhan hara NPK bagi atau bisa juga dikatakan untuk mampu panen 10 kg, 20 kg per polybag ataupun 120 ton per ha. Ini baru kebutuhan, belum software riil di lapangan. Laporan di China, bagi atau bisa juga dikatakan untuk mampu panen 50 ton per ha, dibutuhkan pupuk urea sebanyk 1 ton. Buanyak banget kan.
Nah, kalau dihitung jumlah hara yng terkandung di dalam media tanam jahe, plus pupuk cair yng disemprotkan ke tanaman jahe, nilainya jauh di bawah jahe yng mampu dipanen. Hara NPK yng ada di dalam media tanam tak mampu seluruhnya diserap oleh tanaman jahe, cuma sebagian kecil saja. JADI SANGAT TIDAK MUNGKIN SATU POLYBAG UKURAN 60 CM X 60 CM BISA PANEN 20 KG.
KETIGA
Masalah hama serta penyakit jahe. Budidaya seluruh tanaman tak ada yng mampu bebas dari serangan hama serta penyakit. Apalagi jahe gajah merupakan tanaman jahe yng Amat rentan terhadap serangan penyakit, lebih-lebih penyakit bercak daun serta busuk rimpang. Lebih-lebih budidaya jahe gajah tak mampu mempergunakan pestisida kimia. Serangan hama serta penyakit menjadi satu dari sekian banyaknya tantangan terberat petani jahe, khususnya jahe gajah. Serangan hama serta penyakit ini mampu membuat gagal panen ataupun mengecilkan produksi jahe.HASIL PANEN YANG WAJAR
Hasil panen jahe emprit 2 kg satu polybag satu bibit umur 12 bulan (courtesy of Arif Senang Menanam).
Hasil penen jahe yng wajar pendapat dari saya merupakan 20-30 ton per ha bagi atau bisa juga dikatakan untuk jahe gajah. Target produksi yng lebih tinggi, misal: 40 – 50 ton per ha, masih memungkinkan yang dengannya mempergunakan varietas baru jahe yng potensi Amat tinggi. Bagi atau bisa juga dikatakan untuk jahe merah serta jahe emprit bisa 10 – 15 ton per ha telah tidak jelek alias bagus.
Hasil panen per polybag bagi atau bisa juga dikatakan untuk jahe gajah bisa 3 kg telah tidak jelek alias bagus, kalau mampu bisa 5 kg per polybag butuh upaya keras serta pemupukan yng baik, selain bebas hama serta penyakit. Panen jahe gajah 10 kg per polybag masih rasional, andai mempergunakan kultivar unggul baru, pemupukan yng baik serta bebas HPT. Hasil panen jahe kecil (merah serta emprit) bisa 1,3 kg telah tidak jelek alias bagus.
Dari angka-angka ini, petani jahe mampu menghitung berapa potensi pendapatannya yang dengannya harga pasar yng wajar. Petani jahe pula mampu mengatur pengeluaran biaya-biaya bagi atau bisa juga dikatakan untuk budidaya jahe ini.Sumber isroi.com

Sumber rujukan dan gambar : http://tipspetani.blogspot.com/2016/04/analisa-heboh-budidaya-jahe.html.

Seputar Analisa Budidaya Jahe | Berkebun Jahe

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Analisa Budidaya Jahe | Berkebun Jahe