Falsafah Penyuluhan Pertanian | Referensi Tani
Falsafah Penyuluhan Pertanian | Referensi Tani | Referensi terbaru di 2017 via web PERTANIAN. Rekomendasi konten lengkap terbaik. - PERTANIAN. Artikel ini di beri judul Falsafah Penyuluhan Pertanian | Referensi Tani. Konten ini untuk anda pembaca setia https://petani33.blogspot.com/. Bagikan juga postingan Falsafah Penyuluhan Pertanian | Referensi Tani terbaru ini ke media kalian. Supaya blog seputar PERTANIAN dan website terkait serta kamu mendapat manfaat dari info ulasan PERTANIAN di 2017 ini. Langsung saja baca dan simak mengenai Falsafah Penyuluhan Pertanian | Referensi Tani di bawah ini dari situs web PERTANIAN.FALSAFAH PENYULUHAN PERTANIAN
Walaupun sudah lama dipahami bahwasanya penyuluhan adalah proses pendidikan, namun dalam sejarah penyuluhan pertanian di Indonesia, lebih-lebih selama periode pemerintahan Orde Baru, kegiatan penyuluhan lebih tidak sedikit di lakukan yang dengannya pendekatan kekuasaan melalui kegiatan yng berupa pemaksaan, menjadikan muncul gurauan : "Dipaksa - Terpaksa - Akhirnya Terbiasa".
Terhadap fakta semisal itu, sudah diingatkan kepada seluruh insan penyuluhan kembali bagi atau bisa juga dikatakan untuk menghayati makna penyuluhan menjadi proses pendidikan.
Diakui, penyuluhan melalui pendidikan akan memakan waktu lebih lama bagi atau bisa juga dikatakan untuk merubah perilaku warga atau juga bisa dikatakan masyarakat, namun perubahan perilaku yng berlangsung akan berlangsung lebih kekal.
Sebaliknya, walaupun penyuluhan melalui pemaksaan bisa lebih cepat serta gampang di lakukan, namun perubahan perilaku yang telah di sebutkan akan segera hilang, manakala faktor pemaksanya telah dihentikan.
Dalam khasanah kepustakaan penyuluhan pertanian, tidak sedikit kita jumpai beragam falsafah penyuluhan pertanian. Berkaitan yang dengannya itu, tercantum adanya 11 (sebelas) rumusan wacana falsafah penyuluhan.
Di Amerika Serikat pula sudah lama dikembangkan falsafah 3 T :
"Teach, Truth, and Trust - Pendidikan, Kebenaran serta Kepercayaan/Keyakinan.
Pengertiannya, penyuluhan adalah kegiatan pendidikan bagi atau bisa juga dikatakan untuk memberikan kebenaran-kebenaran yng sudah diyakini.
Yang dengannya kata lain, dalam penyuluhan pertanian, petani dididik bagi atau bisa juga dikatakan untuk menerapkan setiap berita (baru) yng sudah diuji kebenarannya serta sudah diyakini akan bisa memberikan manfaat (ekonomi ataupun non ekonomi) bagi perbaikan kesejahteraannya.
Rumusan lain yng lebih tua serta nampaknya paling tidak sedikit dikemukakan oleh tidak sedikit pihak dalam tidak sedikit peluang merupakan, falsafah penyuluhan Perlu berpijak kepada pentingnya pengembangan individu di dalam perjalanan pertumbuhan warga atau juga bisa dikatakan masyarakat serta bangsanya.
Lantaran itu, falsafah penyuluhan merupakan :
Bekerja bersama warga atau juga bisa dikatakan masyarakat bagi atau bisa juga dikatakan untuk membantunya supaya orang-orang bisa menaikan harkatnya menjadi kita-kita - "Helping People to Help Themselves".
Dari pendapat yang telah di sebutkan, terkandung pengertian bahwasanya :
1. Penyuluh Perlu bekerjasama yang dengannya warga atau juga bisa dikatakan masyarakat, serta bukannya bekerja bagi atau bisa juga dikatakan untuk warga atau juga bisa dikatakan masyarakat.
Kehadiran penyuluh bukan menjadi penentu ataupun pemaksa, namun ia Perlu bisa atau mampu menciptakan suasana dialogis yang dengannya warga atau juga bisa dikatakan masyarakat serta bisa atau mampu menumbuhkan, menggerakkan, dan memelihara partisipasi warga atau juga bisa dikatakan masyarakat.
2. Penyuluhan tak boleh menciptakan ketergantungan, namun Perlu bisa atau mampu mendorong makin terciptanya kreativitas serta kemandirian warga atau juga bisa dikatakan masyarakat supaya makin mempunyai kemampuan bagi atau bisa juga dikatakan untuk berswakarsa, swadaya, swadana, serta swakelola bagi terselenggaranya kegiatan-kegiatan guna tercapainya tujuan, harapan, serta keinginan-keinginan warga atau juga bisa dikatakan masyarakat sasarannya.
3. Penyuluhan yng dilaksanakan, Perlu selalu mengacu kepada terwujudnya kesejahteraan ekonomi warga atau juga bisa dikatakan masyarakat serta peningkatan harkatnya menjadi kita-kita.
Dari kalangan pakar Indonesia, tercantum :
Mengacu kepada pemahaman wacana penyuluhan menjadi proses pendidikan, di Indonesia dikenal adanya falsafah pendidikan yng dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro yng berbunyi :
a. Ing Ngarso Sung Tulodo
Bisa atau mampu memberikan semisal ataupun taladan bagi warga atau juga bisa dikatakan masyarakat sasarannya
*b Ing Madyo Mangun Karso
Bisa atau mampu menumbuhkan inisyatif serta mendorong kreativitas, dan semangat serta motivasi bagi atau bisa juga dikatakan untuk selalu belajar serta berupaya
c. Tut Wuri Handayani
Mau menghargai serta mengikuti keinginan-keinginan dan upaya yng di lakukan warga atau juga bisa dikatakan masyarakat petaninya, sepanjang tak menyimpang/mengabaikan atau meninggalkan acuan yng ada, demi tercapainya tujuan perbaikan kesejahteraan hidupnya.
Masih bertolak dari pemahaman penyuluhan adalah satu dari sekian banyaknya system pendidikan, bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengaitkan falsafah penyuluhan yang dengannya pendidikan yng mempunyai falsafah "Idealisme, Realisme serta Pragmatisme", yng berguna :
a. Penyuluhan Pertanian Perlu bisa atau mampu menumbuhkan impian yng melandasi bagi atau bisa juga dikatakan untuk selalu berfikir kreatif serta dinamis.
b. Di samping itu, penyuluhan pertanian Perlu selalu mengacu kepada kenyataan-kenyataan yng ada serta bisa ditemui di lapang ataupun Perlu selalu disesuaikan yang dengannya keada-an yng dihadapi.
c. Walaupun demikian, penyuluhan Perlu melakukan hal-hal paling baik yng bisa di lakukan, serta bukannya mengajar kondisi paling baik yng susah direalisir.
Lebih lanjut, lantaran penyuluhan dasarnya memang Perlu adalah bagian integral serta sekalian sarana pelancar ataupun malah penentu kegiatan pembangunan, perlunya falsafah penyuluhan yng Perlu berakar pada falsafah negara Pancasila, lebih-lebih yng berkaitan yang dengannya sila-sila :
"Kemanusiaan yng adil serta beradab, serta Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia"
Pengertiannya, andai petani (menjadi sasaran utama penyuluhan pertanian) diminta bagi atau bisa juga dikatakan untuk bekerja lebih keras guna menaikan produksinya.
Seluruh bangsa Indonesia pula Perlu mau mengangkat harkat kaum taninya demi kemanusiaan serta keadilan sosial, yng berlandaskan pada kepercayaan kepada Yng Maha Esa, menghargai prinsip demokrasi, dan demi tercapainya persatuan bangsa Indonesia.
Dalam pengertian di atas, butuh dipahami bahwasanya, petani bukanlah orang bodoh serta lantaran itu taklah pantas bagi atau bisa juga dikatakan untuk tetap dibiarkan ataupun malah dibuat hidup dalam kemiskinan serta penderitaan.
Petani haruslah dilihat menjadi kita-kita biasa yng mempunyai potensi bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengembangkan kemampuannya serta mempunyai keinginan serta harapan bagi atau bisa juga dikatakan untuk terlepas dari kemiskinan serta penderitaan yng tak orang-orang kehendaki.
Lantaran itu, pelaksanaan penyuluhan pertanian Perlu bisa atau mampu tak saja mengembangkan potensi petani namun pula Perlu mau memberikan kesempatan kepada kekuatannya sendiri bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengembangkan potensinya agar bisa terlepas dari kemiskinan serta kebodohan.
Yang dengannya demikian, penyuluhan pertanian Perlu didukung oleh kegiatan lain yng bisa menjadikan petani (yng selama ini bodoh serta miskin itu) menjadi petani-petani tangguh.
Petani tangguh bukanlah petani yng yang dengannya penuh kesabaran sanggup tahan hidup dalam kebodohan serta penderitaan, namun petani yng terus menerus bisa atau mampu mengem bangkan potensi yng dimilikinya bagi atau bisa juga dikatakan untuk yang dengannya kreatif berswakarsa serta berswadaya dalam menaikan produktivitas serta pendapatannya demi perbaikan kesejahteraan keluarga serta masyarakatnya.
Sehubungan yang dengannya falsafah penyuluhan pertanian yng berlandaskan pada falsafah Pancasila, penyuluhan pertanian supaya pula mengkaitkannya yang dengannya motto bangsa yng Bhinneka Tunggal Ika yng membawa konsekuensi pada :
1. Perubahan administrasi penyuluhan dari yng bersifat "Regulatif Sentralistis" menjadi "Fasilitatif Partisipatif"
2. Pentingnya kemauan penyuluh bagi atau bisa juga dikatakan untuk memahami budaya lokal yng seringkali pula mewarnai "Local Agriclutural Practices".
Pemahaman semisal itu, memiliki kandungan pengertian bahwasanya :
1. Administrasi penyuluhan tak selalu terbatas oleh peraturan-peraturan dari "pusat" yng kaku, lantaran hal ini seringkali menjadikan petani tak mendapatkan keleluasaan mengembangkan potensi yng dimilikinya.
Demikian pula halnya yang dengannya administrasi yng terlalu "sentralistis" seringkali tidak mampu secara cepat mengantisipasi permasalahan-permasalahan yang timbul di daerah-daerah, karena masih menunggu "petunjuk/restu" dari pusat.
Padahal, dalam setiap permasalahan yng dihadapi, pengambilan keputusan yng di lakukan oleh petani seringkali didasari pertimbangan bagaimana bagi atau bisa juga dikatakan untuk bisa "menyelamatkan keluarganya".
Dalam kasus-kasus semisal itu, seharusnya penyuluh diberi kewenangan bagi atau bisa juga dikatakan untuk secepatnya juga mengambil inisyatifnya sendiri.
Di lain pihak, administrasi yng terlalu "Regulatif" seringkali Amat memberikan batas kemerdekaan petani bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengambil keputusan bagi usahataninya.
2) Penyuluh, selain memberikan "ilmu"nya kepada petani, ia harus mau belajar tentang "ngelmu"nya petani yng seringkali dianggap tak rasional (lantaran yng oleh penyuluh dianggap rasional merupakan yng telah menjadi petunjuk pusat).
Padahal, praktek-praktek usahatani yng berkembang dari budaya lokal seringkali pula Amat rasional, lantaran sudah mengalami proses "Trial and Error" serta teruji oleh waktu.
Berkaitan yang dengannya falsafah “Helping People to Help Themselves” tercantum adanya 8 teori pemberian bantuan, yakni :
1. Hubungan Penasehat serta Aparat Birokrasi Pemerintah
Melalui proses pembelajaran wacana : ide-ide baru, analisis keadaan serta permasalahannya yng diikuti yang dengannya tawaran solusi serta minimalisasi konfrontasi/ketegangan yng berlangsung antara aparat pemerintah serta warga atau juga bisa dikatakan masyarakat, antar sesama aparat, serta antar kelompok-kelompok warga atau juga bisa dikatakan masyarakat yng terasa dirugikan serta yng menimati keuntungan dari kebijakan pemerintah.
2. Hubungan Guru serta Murid
Yang dengannya memberikan :
• Peluang bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengenali pengalamanannya
• Stimulus bagi atau bisa juga dikatakan untuk berpikir serta menjumpai permasalahannya sendiri
• Memberikan peluang bagi atau bisa juga dikatakan untuk melakukan “penelitian”
• Tawaran solusi bagi atau bisa juga dikatakan untuk dipelajari
• Peluang bagi atau bisa juga dikatakan untuk menguji idenya yang dengannya App langsung
3. Hubungan Manajer serta Karyawan
Melalui pemberian tanggungjawab menjadi alat kontrol diri (self control)
4. Hubungan Dokter serta Pasien
Melalui pemberian saran yng konstruktif yang dengannya mempergunakan serta memanfaatkan sumberdaya yng dimiliki serta ataupun diusahakannya sendiri.
Ujicoba kegiatan melalui pemberian dana serta manajemen dari luar, diluar dugaan tak akan memberikan hasil yng lebih baik.
5. Hubungan Guru Spiritual serta Murid
Melalui pemahaman bahwasanya masalah ataupun kesalahan cuma bisa diketahui oleh yng mengalaminya (diri sendiri).
Guru tak boleh menonjolkan kelebihannya, namun Perlu merendah diri, siap melayani,serta menyediakan waktu yang dengannya sabar.
6. Hubungan Organisator serta Warga atau juga bisa dikatakan masyarakat
Melalui upaya demokratisasi, menumbuh-kembangkan partisipasi, serta mengembangkan keyakinan (rasa meyakini diri) bagi atau bisa juga dikatakan untuk memecahkan permasalahannya sendiri.
7. Hubungan Pendidik serta Warga atau juga bisa dikatakan masyarakat
Melalui proses penyadaran serta memberikan kebebasan bagi atau bisa juga dikatakan untuk melakukan segala sesuatu yng paling baik pendapat dari dirinya sendiri.
8. Hubungan Agen Pembangunan serta Lembaga Lokal
Melalui program bantuan bagi atau bisa juga dikatakan untuk mencermati apa yng di lakukan seseorang (warga atau juga bisa dikatakan masyarakat) serta membantu supaya orang-orang bisa melakukan perbaikan-perbaikan sesuai yang dengannya kebutuhan serta keinginannya.
Mudah-mudahan Memberikan manfaat..
Sumber rujukan dan gambar : http://k-bioboost.blogspot.com/2016/06/falsafah-penyuluhan-pertanian.html.
Walaupun sudah lama dipahami bahwasanya penyuluhan adalah proses pendidikan, namun dalam sejarah penyuluhan pertanian di Indonesia, lebih-lebih selama periode pemerintahan Orde Baru, kegiatan penyuluhan lebih tidak sedikit di lakukan yang dengannya pendekatan kekuasaan melalui kegiatan yng berupa pemaksaan, menjadikan muncul gurauan : "Dipaksa - Terpaksa - Akhirnya Terbiasa".
Terhadap fakta semisal itu, sudah diingatkan kepada seluruh insan penyuluhan kembali bagi atau bisa juga dikatakan untuk menghayati makna penyuluhan menjadi proses pendidikan.
Diakui, penyuluhan melalui pendidikan akan memakan waktu lebih lama bagi atau bisa juga dikatakan untuk merubah perilaku warga atau juga bisa dikatakan masyarakat, namun perubahan perilaku yng berlangsung akan berlangsung lebih kekal.
Sebaliknya, walaupun penyuluhan melalui pemaksaan bisa lebih cepat serta gampang di lakukan, namun perubahan perilaku yang telah di sebutkan akan segera hilang, manakala faktor pemaksanya telah dihentikan.
Dalam khasanah kepustakaan penyuluhan pertanian, tidak sedikit kita jumpai beragam falsafah penyuluhan pertanian. Berkaitan yang dengannya itu, tercantum adanya 11 (sebelas) rumusan wacana falsafah penyuluhan.
Di Amerika Serikat pula sudah lama dikembangkan falsafah 3 T :
"Teach, Truth, and Trust - Pendidikan, Kebenaran serta Kepercayaan/Keyakinan.
Pengertiannya, penyuluhan adalah kegiatan pendidikan bagi atau bisa juga dikatakan untuk memberikan kebenaran-kebenaran yng sudah diyakini.
Yang dengannya kata lain, dalam penyuluhan pertanian, petani dididik bagi atau bisa juga dikatakan untuk menerapkan setiap berita (baru) yng sudah diuji kebenarannya serta sudah diyakini akan bisa memberikan manfaat (ekonomi ataupun non ekonomi) bagi perbaikan kesejahteraannya.
Rumusan lain yng lebih tua serta nampaknya paling tidak sedikit dikemukakan oleh tidak sedikit pihak dalam tidak sedikit peluang merupakan, falsafah penyuluhan Perlu berpijak kepada pentingnya pengembangan individu di dalam perjalanan pertumbuhan warga atau juga bisa dikatakan masyarakat serta bangsanya.
Lantaran itu, falsafah penyuluhan merupakan :
Bekerja bersama warga atau juga bisa dikatakan masyarakat bagi atau bisa juga dikatakan untuk membantunya supaya orang-orang bisa menaikan harkatnya menjadi kita-kita - "Helping People to Help Themselves".
Dari pendapat yang telah di sebutkan, terkandung pengertian bahwasanya :
1. Penyuluh Perlu bekerjasama yang dengannya warga atau juga bisa dikatakan masyarakat, serta bukannya bekerja bagi atau bisa juga dikatakan untuk warga atau juga bisa dikatakan masyarakat.
Kehadiran penyuluh bukan menjadi penentu ataupun pemaksa, namun ia Perlu bisa atau mampu menciptakan suasana dialogis yang dengannya warga atau juga bisa dikatakan masyarakat serta bisa atau mampu menumbuhkan, menggerakkan, dan memelihara partisipasi warga atau juga bisa dikatakan masyarakat.
2. Penyuluhan tak boleh menciptakan ketergantungan, namun Perlu bisa atau mampu mendorong makin terciptanya kreativitas serta kemandirian warga atau juga bisa dikatakan masyarakat supaya makin mempunyai kemampuan bagi atau bisa juga dikatakan untuk berswakarsa, swadaya, swadana, serta swakelola bagi terselenggaranya kegiatan-kegiatan guna tercapainya tujuan, harapan, serta keinginan-keinginan warga atau juga bisa dikatakan masyarakat sasarannya.
3. Penyuluhan yng dilaksanakan, Perlu selalu mengacu kepada terwujudnya kesejahteraan ekonomi warga atau juga bisa dikatakan masyarakat serta peningkatan harkatnya menjadi kita-kita.
Dari kalangan pakar Indonesia, tercantum :
Mengacu kepada pemahaman wacana penyuluhan menjadi proses pendidikan, di Indonesia dikenal adanya falsafah pendidikan yng dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro yng berbunyi :
a. Ing Ngarso Sung Tulodo
Bisa atau mampu memberikan semisal ataupun taladan bagi warga atau juga bisa dikatakan masyarakat sasarannya
*b Ing Madyo Mangun Karso
Bisa atau mampu menumbuhkan inisyatif serta mendorong kreativitas, dan semangat serta motivasi bagi atau bisa juga dikatakan untuk selalu belajar serta berupaya
c. Tut Wuri Handayani
Mau menghargai serta mengikuti keinginan-keinginan dan upaya yng di lakukan warga atau juga bisa dikatakan masyarakat petaninya, sepanjang tak menyimpang/mengabaikan atau meninggalkan acuan yng ada, demi tercapainya tujuan perbaikan kesejahteraan hidupnya.
Masih bertolak dari pemahaman penyuluhan adalah satu dari sekian banyaknya system pendidikan, bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengaitkan falsafah penyuluhan yang dengannya pendidikan yng mempunyai falsafah "Idealisme, Realisme serta Pragmatisme", yng berguna :
a. Penyuluhan Pertanian Perlu bisa atau mampu menumbuhkan impian yng melandasi bagi atau bisa juga dikatakan untuk selalu berfikir kreatif serta dinamis.
b. Di samping itu, penyuluhan pertanian Perlu selalu mengacu kepada kenyataan-kenyataan yng ada serta bisa ditemui di lapang ataupun Perlu selalu disesuaikan yang dengannya keada-an yng dihadapi.
c. Walaupun demikian, penyuluhan Perlu melakukan hal-hal paling baik yng bisa di lakukan, serta bukannya mengajar kondisi paling baik yng susah direalisir.
Lebih lanjut, lantaran penyuluhan dasarnya memang Perlu adalah bagian integral serta sekalian sarana pelancar ataupun malah penentu kegiatan pembangunan, perlunya falsafah penyuluhan yng Perlu berakar pada falsafah negara Pancasila, lebih-lebih yng berkaitan yang dengannya sila-sila :
"Kemanusiaan yng adil serta beradab, serta Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia"
Pengertiannya, andai petani (menjadi sasaran utama penyuluhan pertanian) diminta bagi atau bisa juga dikatakan untuk bekerja lebih keras guna menaikan produksinya.
Seluruh bangsa Indonesia pula Perlu mau mengangkat harkat kaum taninya demi kemanusiaan serta keadilan sosial, yng berlandaskan pada kepercayaan kepada Yng Maha Esa, menghargai prinsip demokrasi, dan demi tercapainya persatuan bangsa Indonesia.
Dalam pengertian di atas, butuh dipahami bahwasanya, petani bukanlah orang bodoh serta lantaran itu taklah pantas bagi atau bisa juga dikatakan untuk tetap dibiarkan ataupun malah dibuat hidup dalam kemiskinan serta penderitaan.
Petani haruslah dilihat menjadi kita-kita biasa yng mempunyai potensi bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengembangkan kemampuannya serta mempunyai keinginan serta harapan bagi atau bisa juga dikatakan untuk terlepas dari kemiskinan serta penderitaan yng tak orang-orang kehendaki.
Lantaran itu, pelaksanaan penyuluhan pertanian Perlu bisa atau mampu tak saja mengembangkan potensi petani namun pula Perlu mau memberikan kesempatan kepada kekuatannya sendiri bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengembangkan potensinya agar bisa terlepas dari kemiskinan serta kebodohan.
Yang dengannya demikian, penyuluhan pertanian Perlu didukung oleh kegiatan lain yng bisa menjadikan petani (yng selama ini bodoh serta miskin itu) menjadi petani-petani tangguh.
Petani tangguh bukanlah petani yng yang dengannya penuh kesabaran sanggup tahan hidup dalam kebodohan serta penderitaan, namun petani yng terus menerus bisa atau mampu mengem bangkan potensi yng dimilikinya bagi atau bisa juga dikatakan untuk yang dengannya kreatif berswakarsa serta berswadaya dalam menaikan produktivitas serta pendapatannya demi perbaikan kesejahteraan keluarga serta masyarakatnya.
Sehubungan yang dengannya falsafah penyuluhan pertanian yng berlandaskan pada falsafah Pancasila, penyuluhan pertanian supaya pula mengkaitkannya yang dengannya motto bangsa yng Bhinneka Tunggal Ika yng membawa konsekuensi pada :
1. Perubahan administrasi penyuluhan dari yng bersifat "Regulatif Sentralistis" menjadi "Fasilitatif Partisipatif"
2. Pentingnya kemauan penyuluh bagi atau bisa juga dikatakan untuk memahami budaya lokal yng seringkali pula mewarnai "Local Agriclutural Practices".
Pemahaman semisal itu, memiliki kandungan pengertian bahwasanya :
1. Administrasi penyuluhan tak selalu terbatas oleh peraturan-peraturan dari "pusat" yng kaku, lantaran hal ini seringkali menjadikan petani tak mendapatkan keleluasaan mengembangkan potensi yng dimilikinya.
Demikian pula halnya yang dengannya administrasi yng terlalu "sentralistis" seringkali tidak mampu secara cepat mengantisipasi permasalahan-permasalahan yang timbul di daerah-daerah, karena masih menunggu "petunjuk/restu" dari pusat.
Padahal, dalam setiap permasalahan yng dihadapi, pengambilan keputusan yng di lakukan oleh petani seringkali didasari pertimbangan bagaimana bagi atau bisa juga dikatakan untuk bisa "menyelamatkan keluarganya".
Dalam kasus-kasus semisal itu, seharusnya penyuluh diberi kewenangan bagi atau bisa juga dikatakan untuk secepatnya juga mengambil inisyatifnya sendiri.
Di lain pihak, administrasi yng terlalu "Regulatif" seringkali Amat memberikan batas kemerdekaan petani bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengambil keputusan bagi usahataninya.
2) Penyuluh, selain memberikan "ilmu"nya kepada petani, ia harus mau belajar tentang "ngelmu"nya petani yng seringkali dianggap tak rasional (lantaran yng oleh penyuluh dianggap rasional merupakan yng telah menjadi petunjuk pusat).
Padahal, praktek-praktek usahatani yng berkembang dari budaya lokal seringkali pula Amat rasional, lantaran sudah mengalami proses "Trial and Error" serta teruji oleh waktu.
Berkaitan yang dengannya falsafah “Helping People to Help Themselves” tercantum adanya 8 teori pemberian bantuan, yakni :
1. Hubungan Penasehat serta Aparat Birokrasi Pemerintah
Melalui proses pembelajaran wacana : ide-ide baru, analisis keadaan serta permasalahannya yng diikuti yang dengannya tawaran solusi serta minimalisasi konfrontasi/ketegangan yng berlangsung antara aparat pemerintah serta warga atau juga bisa dikatakan masyarakat, antar sesama aparat, serta antar kelompok-kelompok warga atau juga bisa dikatakan masyarakat yng terasa dirugikan serta yng menimati keuntungan dari kebijakan pemerintah.
2. Hubungan Guru serta Murid
Yang dengannya memberikan :
• Peluang bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengenali pengalamanannya
• Stimulus bagi atau bisa juga dikatakan untuk berpikir serta menjumpai permasalahannya sendiri
• Memberikan peluang bagi atau bisa juga dikatakan untuk melakukan “penelitian”
• Tawaran solusi bagi atau bisa juga dikatakan untuk dipelajari
• Peluang bagi atau bisa juga dikatakan untuk menguji idenya yang dengannya App langsung
3. Hubungan Manajer serta Karyawan
Melalui pemberian tanggungjawab menjadi alat kontrol diri (self control)
4. Hubungan Dokter serta Pasien
Melalui pemberian saran yng konstruktif yang dengannya mempergunakan serta memanfaatkan sumberdaya yng dimiliki serta ataupun diusahakannya sendiri.
Ujicoba kegiatan melalui pemberian dana serta manajemen dari luar, diluar dugaan tak akan memberikan hasil yng lebih baik.
5. Hubungan Guru Spiritual serta Murid
Melalui pemahaman bahwasanya masalah ataupun kesalahan cuma bisa diketahui oleh yng mengalaminya (diri sendiri).
Guru tak boleh menonjolkan kelebihannya, namun Perlu merendah diri, siap melayani,serta menyediakan waktu yang dengannya sabar.
6. Hubungan Organisator serta Warga atau juga bisa dikatakan masyarakat
Melalui upaya demokratisasi, menumbuh-kembangkan partisipasi, serta mengembangkan keyakinan (rasa meyakini diri) bagi atau bisa juga dikatakan untuk memecahkan permasalahannya sendiri.
7. Hubungan Pendidik serta Warga atau juga bisa dikatakan masyarakat
Melalui proses penyadaran serta memberikan kebebasan bagi atau bisa juga dikatakan untuk melakukan segala sesuatu yng paling baik pendapat dari dirinya sendiri.
8. Hubungan Agen Pembangunan serta Lembaga Lokal
Melalui program bantuan bagi atau bisa juga dikatakan untuk mencermati apa yng di lakukan seseorang (warga atau juga bisa dikatakan masyarakat) serta membantu supaya orang-orang bisa melakukan perbaikan-perbaikan sesuai yang dengannya kebutuhan serta keinginannya.
Mudah-mudahan Memberikan manfaat..
Sumber rujukan dan gambar : http://k-bioboost.blogspot.com/2016/06/falsafah-penyuluhan-pertanian.html.
Seputar Falsafah Penyuluhan Pertanian | Referensi Tani
Terima kasih telah membaca Falsafah Penyuluhan Pertanian | Referensi Tani. Semoga pos dari situs web PERTANIAN berguna dan memberi manfaat. Baik untuk anda dan buat website PERTANIAN. Silakan berbagi ulasan Falsafah Penyuluhan Pertanian | Referensi Tani tadi ke situs web media anda. Bagikan artikel dari PERTANIAN melalui media sosial yang ada di bawah. Dan kunjungi Daftar Isi Blog PERTANIAN untuk mendapat info lengkap terbaru 2017. Lalu baca pembahasan selain dari : Falsafah Penyuluhan Pertanian | Referensi Tani yang lebih terupdate lengkap dan free. Atau simak artikel gratis terkait dari situs web PERTANIAN di bawah. Demikan dan sekian tentang Falsafah Penyuluhan Pertanian | Referensi Tani. Dan Assalamualaikum pembaca PERTANIAN.
Advertisement