Revolusi Hijau Dalam Bertanam

- November 11, 2017

Revolusi Hijau Dalam Bertanam

 
REVOLUSI HIJAU
Pengertian Revolusi Hijau
Merupakan bisnis pengembangan teknologi pertanian bagi atau bisa juga dikatakan untuk menaikan produksi pangan.
Merubah dari pertanian yng tadinya mempergunakan teknologi tradisional menjadi pertanian yng mempergunakan teknologi lebih maju ataupun modern.
Revolusi Hijau diawali oleh Ford serta Rockefeller Foundation, yng mengembangkan gandum di Meksiko (1950) serta padi di Filipina (1960).
Revolusi Hijau menekankan pada SEREALIA: padi, jagung, gandum, serta lain-lain, (Serealia merupakan tanaman biji-bijian)
Revolusi Hijau mendasarkan diri pada empat pilar penting yakni:
1. Penyediaan air melalui system irigasi,
2. Pemakaian pupuk kimia secara optimal,
3. Penerapan pestisida sesuai yang dengannya tingkat serangan organisme pengganggu,
4. Penggunaan varietas unggul menjadi bahan tanam mempunyai kualitas.
Melalui penerapan teknologi non-tradisional ini, terjadilah peningkatan hasil tanaman pangan berlipat ganda serta memungkinkan penanaman tiga kali dalam setahun bagi atau bisa juga dikatakan untuk padi pada tempat-tempat tertentu.
Revolusi Hijau di Indonesia
Di negara kita Indonesia, Revolusi Industri diterapkan yang dengannya ekstensifikasi serta intensifikasi pertanian.
Ekstensifikasi yang dengannya perluasan areal.
Terbatasnya areal, memicu pengembangan lebih tidak sedikit pada intensifikasi.
Intensifikasi di lakukan melalui Panca Bisnis Tani, (Lima Bisnis Tani)
1. Teknik pengolahan lahan pertanian
2. Pengaturan irigasi
3. Pemupukan
4. Pemberantasan hama
5. Penggunaan bibit unggul
Dampak Revolusi Hijau
Hasil dari suatu metode tentunya memiliki dampak positif serta negatif, begitu pula yang dengannya Revolusi Hijau yang akan di sajikan kali ini adalah dampak positif serta negatif dari Revolusi Hijau
Dampak Positif Revolusi Hijau
Produksi padi serta gandum meningkat menjadikan pemenuhan pangan (karbohidrat) meningkat.
Satu dari sekian banyaknya misalnya bagi bangsa Indonesia sendiri merupakan Indonesia yng tadinya pengimpor beras menjadi bisa atau mampu swasembada beras.
Dampak Negatif Revolusi Hijau antara lain :
1. Penurunan produksi protein, dikarenakan pengembangan serealia (menjadi sumber karbohidrat) tak diimbangi pengembangan pangan sumber protein serta lahan peternakan diubah menjadi sawah.
2. Penurunan keanekaragaman hayati.
3. Penggunaan pupuk terus menerus memicu ketergantungan tanaman pada pupuk.
4. Penggunaan peptisida memicu munculnya hama strain baru yng resisten.
Revolusi Hijau pula memperoleh kritik dari pihak-pihak yng memiliki kesadaran akan kelestarian lingkungan lantaran sudah menghasilkan kerusakan lingkungan yng parah.
Oleh orang-orang yng mendukung revolusi industri, orang-orang menyebutkan bahwasanya kerusakan yang telah di sebutkan bukan lantaran revolusi industri namun lantaran kanal dalam penggunaan teknologi yng tak memandang kaidah-kaidah yng telah ditentukan.
Revolusi Hijau mendapatkan kritik sejalan yang dengannya meningkatnya kesadaran akan kelestarian lingkungan lantaran menghasilkan kerusakan lingkungan yng parah.
Oleh para pendukungnya, kerusakan dipandang bukan lantaran Revolusi Hijau namun lantaran ekses dalam penggunaan teknologi yng tak memandang kaidah-kaidah yng telah ditentukan.
Selain kritik yang telah di sebutkan di atas masih ada kritik lain lagi yitu Revolusi Hijau tak bisa menjangkau seluruh strata negara berkembang lantaran ia tak memberikan dampak nyata di wilayah Afrika.
Begitulah..!

Sumber rujukan dan gambar : http://k-bioboost.blogspot.com/2016/05/revolusi-hijau.html.

Seputar Revolusi Hijau Dalam Bertanam

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Revolusi Hijau Dalam Bertanam